Pengusaha Ungkap Biang Kerok di Balik Pabrik Sepatu Bata Tutup – detik – https://bit.ly/4adHefI #Opsiin #Kopiminfo

May 10, 2024 at 03:05PM

Pengusaha Ungkap Biang Kerok di Balik Pabrik Sepatu Bata Tutup

c67ba8b8-a631-4bd3-b724-b65a4383f7b4_169.jpg?wid=54&w=650&v=1&t=jpeg Jakarta

Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) mengungkap biang kerok dari tutupnya sentra produksi alas kaki PT Sepatu Bata Tbk (BATA) yang berlokasi di Purwakarta, Jawa Barat, per 30 April 2024. Imbas dari kondisi ini, setidaknya 233 karyawan terdampak pemutusan hubungan kerja (PHK).

Ketua Umum Apindo Shinta Widjaja Kamdani menjelaskan, secara menyeluruh pihaknya melihat bahwa kondisi ini dipengaruhi oleh penurunan permintaan atau demand pasar. Dalam hal ini bukan hanya domestik, melainkan juga demand dari luar dalam bentuk ekspor menurun jauh.

"Ini kembali lagi soal cost yang terus meningkat, dan tentu saja pada akhirnya perusahaan seperti Bata walaupun sudah hadir begitu lama di Indonesia harus melihat apakah masih feasible sebagai bisnis," kata Shinta, ditemui di Kantor DPN Apindo, Jakarta Selatan, Rabu (8/5/2024).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Memang dilihat saat ini dari kondisi yang ada, dengan competitivenes (daya saing) dan hal-hal lainnya dianggap tidak feasible bagi mereka untuk terus lanjutkan," sambungnya.

Oleh karena itu, menurutnya terjadinya hal semacam ini bagi industri padat karya harus menjadi perhatian pemangku kepentingan. Pasalnya, saat ini sudah mulai terlihat adanya peralihan investai yang masuk dari sektor padat karya ke padat modal. Kondisi ini akan membuat sektor padat karya semakin kesulitan.

"Dari segi industri seperti Bata itu bukan hanya sekarang, tetapi dia juga on going sudah melakukan evaluasi dan juga melihat dengan kondisi sekarang yang semakin memburuk sehingga dia tidak bisa bertahan lagi," ujarnya.

Shinta menambahkan, hal ini semakin diperparah dengan kondisi geopolitik yang terjadi dan dampak yang mempengaruhi Indonesia. Kondisi ini pada akhirnya juga akan menyerap pasar luar untuk ekspor. Sedangkan untuk pasar domestik, Shinta menyoroti faktor daya.

"Kita mesti melihat dari faktor daya beli, karena dengan kondisi seperti ini maka daya beli pastinya ada penurunan yang harus diperhatikan," imbuh dia.

Di sisi lain, Shinta yakin bahwa pemerintah telah melakukan segala upaya terbaik dalam mengantisipasi hal ini. Untuk itu, menurutnya pemerintah harus diapresiasi juga terhadap, utamanya dalam hal memperkuat makro fundamentalnya RI.

"Tetap menjaga inflasi serta bagaimana pun juga menjaga nilai tukar Rupiah yang saat ini pelemahan sudah sangat signifikan. Ini kan semua Pemerintah mencoba untuk menjaga, tapi suku bunga yang naik dan lain-lain. Namun kita harus bersiap karena kita jelas melihat dari kondisi mendatang," tuturnya.

Melihat tren pertumbuhan ekonomi RI dalam beberapa waktu ke belakang, Shinta tetap optimistis RI mampu mempertahankan pertumbuhannya di angka 5%.

"Kalau kita melihat dari kuartal I sebesar 5,11% dan itu sudah baik. tapi kan kemudian ada lebaran sehingga ada konsumsi yang masuk. Kami cukup optimistis target pertumbuhan ekonomi 5 persen dapat tercapai," pungkasnya.

Sebagai tambahan informasi, sebelumnya Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Purwakarta, Didi Garnadi, mengatakan imbas penutupan pabrik Bata tersebut setidaknya ada 233 pekerja yang terkena PHK.

"Pada awal Mei 2024, kami menerima laporan terjadinya PHK, karena perusahaannya tutup," katanya dikutip dari Antara, Selasa (7/5/2024).

Meski begitu, Didi mengatakan proses PHK massal ini dilakukan secara bertahap dan perusahaan telah berjanji akan memenuhi semua kewajiban mereka. Baik pembayaran gaji dan pesangon untuk para pekerja terdampak.

"Pihak perusahaan telah melaporkan akan menyelesaikan seluruh hak-hak karyawannya yang di PHK, sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku," ujarnya.

Ia menyampaikan sebelum resmi ditutup, pihak perusahaan sepatu Bata sebetulnya sudah melaporkan rencana penghentian produksi di pabrik yang berlokasi di Jalan Raya Cibening, Kecamatan Bungursari, Purwakarta, sekitar akhir Maret lalu.

Dalam laporan itu disampaikan berbagai macam alasan mengapa pusat produksi alas kaki itu harus gulung tikar. Salah satunya adalah karena selama empat tahun terakhir pabrik sepatu Bata ini mengalami kerugian akibat sepi order.

Di sisi lain, Kementerian Perindustrian (Kemenperin) tengah berencana untuk memanggil manajemen PT Sepatu Bata Tbk (BATA) dalam waktu dekat. Pemanggilan ini buntut keputusan perusahaan menutup produksinya di Purwakarta Jawa Barat per 30 April 2024.

(shc/rrd)

Artikel ini juga terbit di https://bit.ly/4adHefI Informasi Terkini, terpopuler serta pilihan dari berbagai sumber terpercaya di https://bit.ly/3GMnTDt dan https://bit.ly/3ZMHEFj serta https://bit.ly/45Sr0r7

Tinggalkan komentar

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.